Mempertahankan dan mengembangkan bisnis dalam tiga dekade bukanlah hal yang mudah. Apalagi, dalam periode tersebut beragam krisis melanda Tanah Air silih berganti.
Itulah yang terjadi pada pasangan suami-istri Edy dan Junaini yang memiliki usaha di sektor bahan bangunan, khususnya sebagai distributor pipa berbahan termoplastik, jenis polyvinyl chloride alias pipa PVC. Bisnis ini dijalankan lewat CV Pacific Plastindo yang didirikan pada 1995.
Mereka juga distributor bahan bangunan non-pipa PVC yang dijalankan melalui PT Pasifik Plastindo Perkasa. Pangsa pasarnya di Provinsi Lampung dan sekitarnya.
Untuk distribusi pipa PVC, CV Pacific Plastindo boleh dibilang market leader di Provinsi Lampung, daerah yang pernah terkenal dengan tambak udangnya. Posisi sebagai market leader itu tentunya tidak dicapai dengan mudah.
Edy bercerita, bersama dengan istrinya, mereka pertama kali merintis perusahaan pertamanya yakni Pacific Plastindo pada 1995 di Lampung. Sebelumnya dia merupakan sales dari produk sambungan pipa.
Saat menjadi sales, Edy mendapatkan tawaran dari perusahaan produsen pipa yakni Rucika (PT Wahana Duta Jaya Rucika) untuk menjadi distributor produknya untuk area Lampung.
Sebuah kesempatan yang tak disia-siakan Edy, yang kemudian direalisasikan dengan mendirikan Pacific Plastindo. Dia percaya bahwa Lampung merupakan pasar yang menjanjikan untuk produk pipa tersebut.
Namun, pada awal-awal merintis, hanya Edy dan Junaini yang mengurus segalanya. Junaini menjadi admin sekaligus mengurusi keperluan di kantor, sementara Edy ‘bergerilya’ memasarkan produk Rucika ke toko-toko bahan bangunan hingga ke pelosok.
Seiring berjalannya waktu, bisnisnya pun mulai bertumbuh. Pelanggan dari toko bangunan pun terus bertambah. Namun cobaan pertama pun datang ketika krisis moneter melanda Indonesia pada 1998.
Kekhawatiran akan dampak krisis moneter yang signifikan kepada bisnisnya pun muncul di benak Edy dan Junaini. Namun mereka tetap percaya mampu melalui tekanan dari krisis tersebut.
Setia di Bisnis PVC
Di saat perusahaan lain memilih gulung tikar dan beralih bisnis, Edy dan Junaeni justru memilih untuk tetap setia menjalankan bisnis awalnya tersebut.
Keyakinannya itu pun terjawab. Krisis moneter tak membuat Lampung sebagai salah satu sentra utama tambak udang di Indonesia terlalu terpengaruh setidaknya hingga penghujung 1990-an. Sekadar informasi, pipa PVC merupakan salah satu komponen penting dalam industri tambak udang.
“Dari peristiwa itu kami belajar bahwa ketekunan, keyakinan dan fokus dalam setiap usaha kita, pasti akan membuahkan hasil,” katanya, Selasa (15/2/2022).
Bahkan, ada blessing in disguise dari krisis itu. Kala Jakarta dilanda kerusuhan, banyak stok PVC yang dioper ke daerah. Harganya pun dipatok murah lantaran mereka tak tahu lagi harus dikemanakan.
Di sisi lain, bisnis tambak udang di Lampung tampaknya sedang booming. Kebutuhan akan PVC meningkat tajam di tengah keterbatasan pasokan. CV Pacific Plastindo akhirnya mendapatkan margin yang lumayan tinggi dari pipa PVC ‘buangan’ tersebut.
Sejak saat itu, Edy dan Junaini pun terus melebarkan bisnisnya, hingga ke beberapa daerah di Sumatera Selatan. Bahkan mereka mampu menguasai hampir separuh pangsa pasar pipa PVC untuk kebutuhan tambak udang di Lampung dan Sumatera Selatan.
Skala bisnisnya pun membesar seiring meningkatnya aktivitas pembangunan properti hunian dan proyek pemerintah di Lampung dan Sumatera Selatan.
Namun tantangan kembali muncul ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia sejak 2020. Kekhawatiran terdampak oleh kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat oleh pemerintah pun sempat muncul di benak pasangan suami istri tersebut.
Akan tetapi, lagi-lagi keyakinan dan kesetiaan terhadap bisnisnya tersebut kembali membuahkan hasil. Edy berujar, selama pandemi, rupanya permintaan terhadap pipa PVC tidak berubah sama sekali.
“Saya juga heran, di tengah pengusaha lain kesulitan menjalankan bisnis karena pandemi, kami justru tidak terlalu terpengaruh. Permintaan produk pipa PVC justru masih mengalir terus. Ini berkah bagi kami,” ujarnya.
Regenerasi
Bahkan ketika pandemi masih melanda, Edy dan Junaini malah mengambil langkah berani dengan mendirikan unit usaha baru yakni PT Pasifik Plastindo Perkasa pada 2020. Dasar awal pendirian bisnis itu adalah untuk menyiapkan anak-anaknya melanjutkan bisnisnya.
“Pasifik Plastindo Perkasa dijalankan oleh anak pertama saya, dengan masih menumpang di jalur pelanggan saya di Pacific Plastindo. Tapi syukur juga bisnis baru ini tetap bisa tumbuh meskipun pandemi masih melanda,” ujarnya.
Sebagai nasabah PT Bank Central Asia Tbk. (Bank BCA) mereka juga merasa terbantu dalam pengembangan usaha. Sokongan dari sisi pembiayaan, membuat perusahaan dapat berkembang hingga saat ini.
Dari serentetan keberhasilannya menghindar dari efek negatif krisis tersebut, Edy dan Junaini pun meyakini bahwa dalam setiap krisis, terdapat peluang yang dapat dimanfaatkan untuk tetap bertumbuh.