Pelaku Industri tekstil dan garmen Indonesia pada tahun 2024 diprediksi masih akan menghadapi beberapa tantangan besar, seperti kenaikan biaya produksi, penurunan daya beli masyarakat, dan gempuran berbagai produk impor khususnya dari Tiongkok.
Gempuran produk impor menjadi tantangan serius bagi Indonesia, namun tetap memiliki peluang besar untuk meningkatkan daya saing serta kemandirian, melalui kolaborasi, inovasi, penggunaan teknologi, serta fokus menjaga kualitas barang guna menghadapi persaingan global.
Data Badan Pusat Statistik mencatat selama periode 2013-2022 volume tekstil dan barang tekstil impor yang membanjiri Indonesia rata-rata mencapai 2,16 juta ton per tahun, dengan rata-rata nilai impor mencapai USD 8,8 miliar per tahunnya.
Jumlah tersebut mencakup impor dari gabungan komoditas sutra, wol, kapas, serat tekstil, filamen, serat stapel, kain tenun, kain rajutan, karpet, pakaian rajutan/non-rajutan, aksesoris pakaian dan berbagai produk tekstil jadi lainnya, termasuk pakaian bekas.
Founder Aneka Sandang Textile, Daniel Robertus Setiawan, mengungkapkan tantangan terbesar bisnis tekstil di Indonesia saat ini adalah munculnya produk-produk asal Tiongkok yang harganya lebih murah. Namun, kondisi tersebut telah diprediksi dengan menerapkan strategi tepat dan mampu untuk bertahan.
Strategi tersebut, lanjut Daniel adalah memilih menggunakan bahan produksi 100% dari Indonesia untuk dijual kepada konsumen. Dimana keunggulan kualitas lokal menjadi kekuatan yang membuat pelanggan tetap setia, meskipun dari sisi harga mungkin lebih tinggi.
“Kalau dari harga kami kalah, tapi kami punya kualitas premium dan itu yang kita pegang, sehingga membuat langganan kami melihat keunggulan tersebut. Kualitas yang lebih unggul jadi kekuatan daya jual kepada konsumen dan jadi keunikan sendiri,” jelas Daniel.
Sama halnya dengan, Founder Arkananta Garmen Indo, Andre Ricardo Herianto, mengatakan bahwa gempuran produk Tiongkok sebenarnya memang sudah ada sejak dahulu dan bukan tantangan baru. Namun, hal itu berbeda sejak adanya TikTok yang dapat menjual langsung produk impor, sehingga banyak harga produk tekstil di luar akal.
Untuk itu, Andre melihat tantangan tersebut harus dihadapi dengan cara yang berbeda. Sebab, perusahaan yang menaungi onlinefashion brand untuk wanita tersebut mengakui secara harga tak mampu berkompetisi dan berusaha untuk tidak bersaing. Sehingga, untuk mengatasi hal tersebut strateginya adalah membangun value dari brand yang dimiliki.
“Jadi customer beli produk kita karena brand kita bukan karena mencari baju saja. Kualitas memang salah satu komponen brand, tapi yang membedakan brand dengan non brand produk sebenarnya bukan cuma kualitas aja, tapi the whole brand value nya itu sendiri,” jelas Andre.
Sedangkan, Founder Mellastore Hijab, Hirza Ahmadi Rangkuti dan Mella menuturkan bahwa penjualan produk hijabnya cukup bervariasi. Mellastore mencatat, terdapat peningkatan pada saat Covid-19 dan mulai alami penurunan pada tahun 2023 sejak munculnya produk-produk impor yang cukup besar yang berasal dari penjualan di platform TikTok.
Mulai dari saat itu, persaingan harga mulai terjadi dan harga hijab premium yang pasarnya menengah ke atas mulai berjatuhan. Dan untuk mengatasi hal tersebut, Hirza pun mulai mengejar pasar di level menengah ke bawah, dan tetap diimbangi permintaan premium.
Peran BCA Prioritas
Sementara itu, dalam transaksi keuangan di dalam bisnis tekstil dan garmen diperlukan peran perbankan agar lebih mudah, cepat, dan efisien. Untuk itu, BCA selalu berusaha memberikan layanan perbankan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan.
Daniel yang merupakan seorang pengusaha muda sukses dan berhasil mengembangkan bisnis keluarganya Aneka Sandang Textile, mengaku telah lama menjadi nasabah BCA. Bahkan, BCA diakuinya tak bisa tergantikan di dalam bisnisnya.
Ia menuturkan, perputaran transaksi keuangan yang beredar dalam bisnisnya 90% ada di BCA. Dan sejak menjadi nasabah BCA Prioritas dirinya sangat terbantu dalam hal bertransaksi. Pelayanan BCA menurutnya lebih cepat dan profesional.
“Salah satu kemudahan yang saya alami, saya juga bisa mendapatkan kemudahan dalam melakukan banyak setoran tunai secara bersamaan dengan nominal yang berbeda-beda,” jelasnya.
Senada, Hirza pun menilai sejak menjadi nasabah BCA Prioritas semua jadi mudah. Karena, semua cashflow bisnisnya ada di BCA. Selain itu, dirinya menilai bahwa dari semua bank yang ada BCA adalah yang paling mudah untuk melakukan pengecekan mutasi.
“Cashflow perusahaan semua ada di BCA. Kami kemarin juga ada tertarik penawaran kredit investasi, dan itu sedang kami bahas,” tutupnya.