Ketidakpastian ekonomi global, inflasi, konflik geopolitik dan bencana alam menjadi kabar yang mungkin akan ditemui pelaku pasar sepanjang tahun 2025. Semua hal tersebut dapat membuat volatilitas terjadi secara tiba-tiba di pasar saham seluruh dunia.
Di tengah kondisi tersebut, penting bagi pelaku pasar membuat perencanaan yang matang, lalu menjadi investor yang lebih sabar, dan fokus pada hal yang bisa dikendalikan. Penting pula untuk mengevaluasi pilihan dengan lebih fleksibel tentang rencana investasi jika pasar saham berubah.
Waspadai Dinamika Global Tak Terduga
Pada laporan akhir tahun 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan dan mewaspadai tantangan eksternal tahun 2025 yang dapat memengaruhi pasar, ketegangan geopolitik global, serta kebijakan negara besar yang berdampak pada perekonomian Indonesia serta sentimen negatif terhadap pasar modal.
Salah satu tantangan eksternal yang perlu diwaspadai mengutip dari BCA House View Report edisi Januari 2025, adalah kebijakan Presiden Trump yang mengarah pada proteksionisme dan berpotensi membebani pertumbuhan ekonomi dan profitabilitas emiten di kawasan emerging market Asia.
Kuatnya USD di tengah berbagai restriksi perdagangan dan tarif dapat turut, lanjut laporan tersebut, juga dapat memicu terjadinya currency war di mana mata uang harus melemah untuk membuat ekspor atraktif. Mata uang yang terus melemah dapat menurunkan optimisme investor asing dan kembali memicu outflow di pasar saham.
Cara Melindungi Portofolio Investasi yang Tepat
Membuat keputusan investasi impulsif di tengah volatilitas pasar bukanlah resep sukses. Investor perlu melakukan perencanaan yang baik dan sabar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selama masa volatilitas saham, Anda juga perlu fokus pada hal yang dapat dikendalikan, seperti dikutip dari troweprice.com berikut ini:
1. Pertahankan perspektif jangka panjang.
Saat berinvestasi untuk tujuan jangka panjang, pahami apapun yang terjadi di pasar saham yakinlah tidak terjadi pada akun yang dimiliki, terutama jika portofolio investasi lebih terdiversifikasi daripada indeks pasar saham umum. Tetaplah investasi selama penurunan dan koreksi, karena dapat memungkinkan investor untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan jangka panjang.
2. Menilai ulang alokasi aset untuk mengurangi risiko investasi.
Investor mungkin tidak dapat mengendalikan pasar, tetapi mereka dapat mengendalikan alokasi aset. Pertimbangankan ulang saat menentukan alokasi asset, apakah campuran investasi individu akan memengaruhi gaya hidup jangka pendek, atau menyesuaikan dengan jangka waktu sesuai keinginan dengan bersabar.
3. Sesuaikan tabungan dan pengeluaran di tengah volatilitas saham.
Faktor lain yang dapat dikontrol investor adalah seberapa banyak investor menabung dan membelanjakan. Sebab, investasi di pasar saham yang sedang lesu butuh kesabaran. Apalagi, secara historis menabung di pasar saham membutuhkan setidaknya tiga hingga lima tahun untuk pasar kembali pulih.
4. Buat dana darurat.
Hal lain yang bisa dipertimbangkan investor adalah gagasan dana darurat. Langkah ini bisa menghindari keputusan yang tidak bijaksana selama periode volatilitas. Hal tersebut juga bisa menjadi jaring pengaman pribadi ketika investor kehilangan pekerjaan atau menghadapi pengeluaran yang tidak diduga.
5. Bersikap fleksibel dan siap menghadapi volatilitas pasar.
Penting bagi investor untuk mempertimbangkan semua opsi dan memikirkan cara yang memungkinkan untuk lebih fleksibel. Sebab, tidak ada yang tahu kapan volatilitas pasar akan terjadi atau berapa lama penurunan berlangsung. Anda juga perlu dan siap melakukan penyesuaian.
Nasabah BCA Solitaire dan Prioritas, untuk memahami kondisi pasar dan fundamental ekonomi Indonesia tahun 2025, Anda dapat mengakses laporan BCA House View Report edisi Januari 2025 yang telah tayang.
Klik tautan di bawah ini:
https://prioritas.bca.co.id/en/Wealth-Management/Market-Insight/House-View-Report