Jakarta, 21 Mei 2025
Mewaspadai tekanan ekonomi yang semakin berat dan ketidakpastian global yang membayangi kondisi domestik, kolaborasi lintas generasi dalam perusahaan menjadi kebutuhan. Perusahaan dituntut adaptif dan inovatif untuk bertahan, serta mengajak generasi baby boomers hingga gen-z bisa bekerja dengan harmonis.
Namun sayangnya, stereotip antargenerasi menjadi tembok besar penghambat sinergi. Label seperti generasi manja, tidak loyal, atau ketinggalan zaman, kerap terlontar di lingkungan kerja, menciptakan kesenjangan komunikasi dan menurunkan produktivitas tim. Jika tidak segera diatasi, stereotip bisa merusak budaya kerja dan menghambat pertumbuhan bisnis.
Persentase Generasi Pekerja
Mengutip Coorpacademy.com, hingga tahun 2024, jumlah pekerja Gen Z mencapai seperlima atau 18% dari angkatan kerja, diikuti baby boomers sebanyak 15% dari angkatan kerja. Kemudian, generasi X sebanyak 31% dan generasi milenial menjadi yang terbesar jumlahnya yaitu sebesar 36% dari angkatan kerja.
Kondisi tersebut diperkirakan akan berubah besar pada 2025 menurut World Economic Forum (WEF). Generasi milenial akan menjadi bagian penting dari tenaga kerja global yang mencapai 75%. Selain itu, dukungan gen-z juga diperkirakan ikut berkontribusi, yaitu mencapai 27% dari tenaga kerja di negara OECD.
Perlu Adaptasi Tenaga Kerja
Mengelola dinamika lintas generasi kini bukan sekadar tantangan, tapi sudah menjadi prioritas strategis di setiap perusahaan. Organisasi perlu mengembangkan ketangkasan generasi dan kemampuan untuk memaksimalkan kekuatan setiap generasi sambil meminimalkan gesekan. Mengutip Forbes berikut langkah yang bisa diambil:
1. Dorong Kolaborasi Lintas Generasi
Selenggarakan pelatihan dan workshop dinamis di perusahaan untuk memahami nilai, gaya komunikasi, dan preferensi kerja masing-masing generasi. Lalu kembangkan program mentorship dua arah untuk dapat mempererat hubungan, mendorong transfer ilmu, dan membangun empati lintas generasi.
2. Bangun Fleksibilitas dan Budaya Saling Memahami
Perusahaan yang baik perlu menantang asumsi lama dengan membuka ruang dialog dan berbagi cerita pribadi. Inisiatif pelatihan silang (cross-training) bisa menumbuhkan fleksibilitas dan kolaborasi antardepartemen. Hal in akan membangun empati dan meningkatkan inovasi antargenerasi.
3. Sesuaikan Strategi Benefit Karyawan
Buat strategi benefit yang berfokus pada kebutuhan manusia. Program seperti dukungan kesehatan, perencanaan keuangan, dan pengembangan diri perlu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing generasi. Menyediakan akun seperti Lifestyle Spending Account (LSA) dapat menjadi opsi modern untuk menjangkau kebutuhan beragam.
4. Revolusi Reverse Mentorship
Cara ini menjadi fenomena baru di setiap perusahaan yang berpikir untuk maju dan berkembang pesat, di mana karyawan muda membimbing senior untuk memahami tren digital sehingga senior memperkuat literasi digital, sementara generasi muda melatih kepemimpinan dan berpikir strategis dari para senior. Reversementorship menciptakan jembatan antargenerasi, memicu inovasi, dan membentuk lingkungan kerja yang mendukung pembelajaran dua arah.
Nasabah BCA Solitaire dan Prioritas, keberagaman generasi membawa kombinasi unik perspektif dan pengalaman yang mendorong pertumbuhan serta inovasi. Karyawan berpengalaman bisa menawarkan kebijaksanaan strategis, sementara generasi muda menyumbang pemikiran segar dan kemahiran digital.
Bagaimana tips Anda untuk bekerjasama dan menjaga kekompakan tim yang terdiri dari berbagai generasi? Update informasi dan tips mengenai bisnis-manajemen serta leadership di Website Prioritas.