Kemajuan teknologi baru di tahun 2025 revolusioner, mulai dari kecerdasan buatan (AI) otonom, internet cepat berbasis satelit, hingga algoritma prediktif yang semakin pintar. Teknologi ini mengubah wajah industri, mengguncang ekonomi, dan meredefinisi nilai dasar masyarakat.
Inovasi digital membuka berbagai peluang baru seperti meningkatkan efisiensi, transparansi, dan inklusi finansial secara luas. Di balik semuanya, ancaman terhadap keamanan data pribadi dan publik semakin nyata. Sistem berbasis AI dan IoT yang terhubung masif menimbulkan risiko rentetan kebocoran informasi, dari data medis dan finansial hingga jejak digital harian.
Selain itu, teknologi memicu munculnya praktik manipulasi algoritma, pelanggaran privasi, hingga kecenderungan ketergantungan digital yang bisa melemahkan kebebasan dan kontrol pribadi. Oleh karena itu, penting untuk mengenali sisi gelap teknologi baru di tahun 2025 yang wajib dihindari.
Lemahnya Keamanan Data
Mengutip SentinelOne, di tahun 2025, lemahnya keamanan data dari teknologi baru terutama akan berasal dari serangan siber yang didukung AI, munculnya komputasi awan, meningkatnya ancaman ransomware dan pencurian data. Sehingga, pelaku usaha perlu memprioritaskan tindakan proaktif mengurangi risiko.
Senada, laporan Navigating Cyber Resilience dalam Forum Ekonomi Dunia juga menjelaskan pendekatan baru agar keamanan siber tetap kuat seiring perkembangan teknologi. Sistem perlu mengadopsi pendekatan ketahanan lebih dari sekadar perlindungan dan memastikan sistem dapat bertahan lalu pulih dari serangan.
5 Hal Negatif Harus Dihindari
Berikut lima temuan utama Navigating Cyber Resilience terhadap teknologi baru yang harus dihindari sepanjang tahun 2025:
1. Permukaan Serangan yang Semakin Luas
Lebih dari 200 teknologi penting dan baru akan memperluas titik masuk potensial untuk serangan siber. Di tahun 2025, akan ada 75 miliar perangkat yang terhubung, yang masing-masing berpotensi menjadi celah kerentanan.
2. Risiko dan Manfaat dari AI
Kurang dari dua tahun sejak terobosan generative AI, muncul kerentanan baru seperti data poisoning, manipulasi model, dan serangan adversarial seperti phishing berbasis AI. Di sisi lain, alat berbasis AI meningkatkan langkah keamanan siber secara signifikan. Namun, inovasi yang berkelanjutan sangat penting untuk membangun strategi pertahanan yang canggih dan adaptif.
3. Komputasi Kuantum Mengancam Enkripsi
Kekuatan pemrosesan besar dari komputasi kuantum berpotensi membuat teknologi enkripsi menjadi usang. Ada bukti bahwa pelaku kejahatan siber sedang menyimpan data untuk dibuka dengan enkripsi kuantum masa depan. Pendekatan yang cepat dan menyeluruh terhadap enkripsi yang tahan terhadap kuantum menjadi sangat penting.
4. Rantai Pasok yang Rentan
Rantai pasok global berbasis teknologi rentan terhadap serangan oleh penjahat siber dan aktor jahat lain. Langkah keamanan menyeluruh dari hulu ke hilir dibutuhkan untuk memastikan kelancaran aliran barang antarekonomi global.
5. Tantangan dalam Pertahanan
Kurangnya SDM profesional bidang keamanan siber yang memiliki keahlian dalam teknologi baru melemahkan pertahanan. Mengamankan sistem baru dan merespons ancaman yang terus berkembang, sektor publik dan swasta perlu berinvestasi dalam rekrutmen dan peningkatan keterampilan bidang keamanan siber.
Nasabah BCA Solitaire dan Prioritas, bagaimana dengan bisnis Anda? Apa upaya Anda untuk melindungi sistem teknologi terbaru yang digunakan?
Memudahkan kontrol operasional bisnis melalui teknologi, Anda dapat memanfaatkan solusi bisnis, Ocean by BCA. Ocean by BCA merupakan ekosistem kolaboratif yang membuka peluang inovasi agar bisnis terus berkembang dan berinovasi.
Informasi lengkap cek tautan ini:
https://www.bca.co.id/id/bisnis/layanan/e-banking-bisnis/Ocean-by-BCA