Fenomena viral "Tarian Aura Farming" tidak hanya menjadi perbincangan di media sosial, tetapi juga menjelma sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. Gerakan energik dan makna spiritual yang dikaitkan dengan peningkatan aura positif membuat tarian ini digemari lintas negara.
Popularitasnya menciptakan ekosistem ekonomi baru, baik itu dari pelatihan, workshop, hingga produk turunannya seperti pakaian khusus, aksesori, dan konten digital berbayar. Bagi pelaku bisnis kreatif dan UMKM, tren ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber cuan baru di tengah tantangan ekonomi global.
Permintaan terhadap pengalaman holistik dan gaya hidup sehat makin meningkat, dan "Tarian Aura Farming" hadir sebagai jawaban yang menyatukan hiburan, kesehatan, dan spiritualitas. Ketika tren viral diolah secara strategis, potensi monetisasinya pun meluas—mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor budaya dan gaya hidup.
Awal Mula Tarian Aura Farming
Mengutip Economic Times, aura farming muncul usai aksi Rayyan Arkan Dikha mengikuti lomba Pacu Jalur di Provinsi Riau. Anak usia 11 tahun ini terlihat berdiri tenang di Perahu Proa (perahu khas melayu) sambil menari dengan ekspresi kalem, mengenakan baju tradisional Teluk Belanga, kacamata hitam, dan melakukan gerakan seperti melempar ciuman serta menunjuk ke langit.
Fenomena ini bukan hanya berasal dari kejenakaan satu anak, melainkan akar tradisi budaya pacu jalur, lomba perahu tradisional Riau yang telah ada sejak abad ke-7, di mana seorang tukang tari (anak penari) ditempatkan di depan perahu untuk memberikan energi dan semangat bagi pengayuh.
Icon Pariwisata dan Dukung Ekonomi Lokal
Kini, gerakan spontan Rayyan di kompetisi tersebut mengubahnya menjadi tren global yang kemudian diikuti oleh selebritis dan atlet internasional seperti Marc Márquez, Travis Kelce, dan anggota BTS, sekaligus membuat Rayyan diangkat menjadi Duta Pariwisata Provinsi Riau dan simbol kebanggaan budaya Indonesia di panggung dunia.
Untuk mengelolanya sebagai ekosistem ekonomi lokal, mengutip kumparan, pada Agustus ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) mengumumkan akan menyelenggarakan Festival Pacu Jalur 2025 dan puncaknya akan digelar di Tepian Narosa, Teluk Kuantan, pada 20 hingga 24 Agustus 2025 dengan tema “Pacu Jalur Mendunia UMKM Semakin Jaya”.
Mendukung ekonomi dan meramaikan acara tersebut, ada berbagai rangkaian acara Festival Pacu Jalur 2025, yaitu:
Adapun dampak ekonomi daerah dari kegiatan Festival Pacu Jalur 2025 diperkirakan mencapai Rp75 miliar. Hal itu, sudah termasuk dari naiknya okupasi penginapan hotel dan homestay di Pekanbaru dan Kuansing.
Pada festival tahun ini, acara akan dihadiri para pejabat dari tingkat pusat hingga tokoh-tokoh internasional. Bahkan, lokasi acara juga akan menjadi kawasan konservasi yang ketat, mengingat pacu jalur kini bukan lagi milik masyarakat Kuantan Singingi semata, tapi berkembang menjadi atraksi budaya mendunia.
Nasabah BCA Solitaire dan Prioritas, tertarik untuk melihat dan merasakan atmosfer tarian aura farming di festival pacu jalur 2025 yang mendunia. Segera rencanakan perjalanan Anda dengan berbagai partner privilege BCA bidang travel, nikmati berbagai diskon yang diberikan. Informasi lengkap cek di sini