Cara Mengajarkan Pengelolaan Keuangan pada Anak

(03/04/2024), Orang tua perlu mengajarkan edukasi keuangan pada anak semenjak dini. Hal ini dilakukan untuk kebaikannya di masa mendatang. Tanpa edukasi yang benar, anak bisa menjadi boros dan impulsif.
  • Pemahaman mengenai edukasi keuangan juga perlu diketahui oleh anak sesuai dengan usianya. Anak perlu memahami pentingnya nilai uang, menabung, membuat tujuan dan prioritas, investasi serta antisipasi dampak risiko tidak terduga.
  • BCA bersama dengan BCA Life menghadirkan BCA Life Heritage Protection, asuransi jiwa tradisional dengan Uang Pertanggungan hingga Rp300 miliar, masa perlindungan hingga usia 99 tahun dan pilihan masa pembayaran premi.

Memahami pentingnya pengelolaan keuangan tidak hanya berlaku bagi seseorang yang sudah dewasa. Orang tua juga perlu memberikan pemahaman mengenai pengelolaan uang semenjak dini. Dengan begitu, anak akan menjadi lebih siap lebih dalam menghadapi kondisi dan tantangan finansial di masa depan.

Sebagai orang tua, Sahabat bisa memberikan beberapa dasar teori pengelolaan uang seperti: mengenal nilai uang, menyisihkan uang untuk tabungan, membuat tujuan dan prioritas keuangan, investasi, serta mengantisipasi dampak risiko tidak terduga.

Tentu saja, Sahabat dapat melakukan edukasi keuangan tersebut sesuai dengan usia dan kesiapan anak. Berikut adalah lima tips memberikan edukasi keuangan sejak dini kepada anak: 

1. Mengenal Nilai Uang

Usia ideal seorang anak untuk dikenalkan mengenai keuangan adalah saat usia prasekolah usia 3-10 tahun. Pada saat tersebut, rasa ingin tahu tentang dunia termasuk tentang uang sudah mulai tumbuh. Mengenalkan nilai uang kepada anak sangat penting untuk membangun fondasi yang kokoh dalam pengelolaan finansial.

Banyak cara yang menarik dan menyenangkan untuk mengajarkan edukasi keuangan terkait nilai uang kepada anak:

  • Melibatkan anak dalam proses belanja bulanan.
    Sahabat dapat memberikan kesempatan kepada anak saat memilih dan membayar barang yang diinginkannya dengan budget tertentu. Bandingkan nilai kebutuhan dari barang yang dibeli orang tua dengan budget yang sama. Hal ini mengajarkan anak mengenai nilai uang dalam memenuhi kebutuhan yang berbeda.
  • Role play sebagai penjual dan pembeli.
    Orang tua dapat berperan sebagai pedagang dan anak sebagai pembeli, atau sebaliknya. Gunakan mainan atau barang-barang di rumah sebagai alat peraga. Hal ini dapat mengajarkan anak tentang harga barang, cara menawar, dan menghitung uang.

2. Menyisihkan Uang untuk Ditabung

Setelah mengenal nilai uang, penting untuk mempercayakan sejumlah uang jajan kepada anak-anak. Setelah itu, Sahabat dapat mencatat pengeluarannya dan menyisihkan sebagian uang jajan untuk ditabung. Berikan pemahaman mengenai pentingnya menabung. Untuk membuat proses menabung lebih menarik, siapkan celengan lucu atau clear jar sebagai wadah penyimpanan uang tabungan.

Selain itu, untuk memberikan semangat kepada anak, tambahkan program menabung dengan gimmick seperti memberi hadiah jika berhasil mencapai target tabungan dalam jangka waktu tertentu.

3. Membuat Goal dan Prioritas Pengeluaran

Pada usia 12-15 tahun, setelah mengenal nilai uang dan memiliki kebiasaan menabung, arahkan anak untuk belajar membuat target keuangan tertentu. Sebagai alternatif, ajarkan anak untuk menetapkan budget khusus untuk keinginannya sebagai tujuan keuangan bukan langsung memberikannya.

Dengan begitu, ia akan belajar menganalisis pengeluaran, membuat prioritas pengeluaran, dan menabung sesuai targetnya. Untuk tujuan yang sama, sarana edukasi lain yang juga bisa dilakukan adalah dengan bermain monopoli.

4. Mengenalkan Investasi

Pada usia 17 tahun, ketika sudah membuat tujuan keuangan untuk kebutuhan pribadi, mulailah mengenalkan anak dengan berbagai sarana menabung dan investasi. Ajak anak ke bank untuk membuka rekening sendiri dari tabungan yang berhasil mereka kumpulkan.

Untuk mengasah kemampuan investasi, kenalkan anak dengan media edukasi investasi yang tepat, libatkan anak dalam membeli produk investasi dan jelaskan alasan atas keputusan investasi tersebut.

5. Mengenalkan Cara Antisipasi Dampak Risiko Tak Terduga

Sebaik-baiknya menjaga diri, ada hal yang diluar kendali. Dalam hidup, terdapat risiko tidak terduga yang dapat berdampak besar pada keuangan dan kesejahteraan keluarga. Contohnya:

  • Sakit
  • Terminal Illness
  • Meninggal dunia

Pada fase tersebut, anak mulai dikenalkan dengan strategi mengalihkan risiko kepada pihak lain, yaitu asuransi atau proteksi. Sebagai orang tua, Sahabat perlu menjadi teladan baginya. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua juga sudah memiliki proteksi jiwa sesuai dengan kebutuhan dan nilai ekonomi hidup (human life value).

Memenuhi kebutuhan proteksi jiwa, BCA bekerja sama dengan BCA Life menghadirkan BCA Life Heritage Protection, asuransi jiwa tradisional dengan Uang Pertanggungan hingga Rp300 miliar, masa perlindungan hingga usia 99 tahun dan pilihan masa pembayaran premi yang pasti.

Terdapat enam manfaat utama BCA Life Heritage, seperti:

  • Manfaat Meninggal Dunia atau Hidup hingga Akhir Asuransi.
  • Manfaat Uang Pertanggungan Tambahan.
  • Manfaat Terminal Illness.
  • Manfaat Pinjaman Polis.
  • Manfaat Penebusan Polis.
  • Manfaat kepastian premi dibayarkan apabila Pemegang Polis mengalami ketidakmampuan tetap total atau meninggal dunia (asuransi tambahan).

Sahabat tertarik dengan BCA Life Heritage Protection? Nasabah BCA Solitaire & Prioritas juga dapat menikmati privilege BCA berupa bancassurance. Informasi lengkapnya ada pada tautan berikut:

https://prioritas.bca.co.id/en/Privilege/BCA-Privilege/Bancassurance

Sahabat juga dapat menghubungi PIC Relationship atau langsung mengunjungi cabang BCA Prioritas terdekat!

Rekomendasi Berita